Senin, 02 Agustus 2010


4 tipe manusia dalam menghadapi hidup
May 27th, 2009

“Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (John Gray)

Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.

Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.

Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada
saat kesulitan terjadi.

Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.

Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.

Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan
tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau
mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.

Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat
finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.

saya minta maaf karena telah mengcopy artikel ini tanpa ijin
Read More >>

Selasa, 20 Juli 2010

Jangan Menghina, Karena Setiap Orang Memiliki Kelebihan



Alkisah, ada seekor harimau besar yang merajai hutan belantara. Dengan kekuatan taring-taring giginya, ketajaman kuku-kukunya dan auman suaranya yang menakutkan, dia mampu menguasai seluruh penghuni hutan, sehingga dia merasa bahwa dirinyalah binatang yang paling hebat tiada bandingannya.

Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan mencari makan, tiba-tiba dia bertemu dengan seekor tikus dan menangkapnya. Dia mengatakan kepada si tikus bahwa dia akan menjadikannya sebagai makanan pembuka. Lumayan untuk mengganjal perutnya. Mendengar perkataan itu, si tikus ketakutan dan meronta seraya meminta kepada harimau yang mencengkeramnya agar melepaskannya dan tidak memakannya. Harimau berkata, “Untuk apa saya melepasmu, binatang kecil seperti kamu tidak ada gunanya dan lebih baik aku makan saja untuk mengganjal perutku yang lapar ini. Toh kamu adalah makhluk bau yang tidak berguna.”

Si tikus semakin meronta dan memohon dengan sangat agar dibebaskan. Dia berjanji tidak akan melupakan jasa harimau itu dan akan membantunya dengan sekuat tenaga jika suatu hari si harimau tertimpa musibah. Melihat keseriusan si tikus, harimau itu pun merasa iba dan melepaskan si tikus dan cengkramannya. Akhirnya si tikus pun terbebas dan bisa bernapas lega.

Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan, tiba-tiba sang harimau terperosok ke dalam jaring yang dipasang oleh seorang pemburu. Dia meronta-ronta hendak keluar dari jaring itu, tetapi tidak bisa. Gigi tajam, kuku kokoh dan tubuh kuat yang selama ini diandalkannya, ternyata tidak bisa mengeluarkannya dari jeratan jaring itu. Dia terus meronta-ronta dan berusaha keluar, tetapi usahanya sia-sia hingga dia pun kelelahan.

Mendengar suara sang harimau yang meronta-ronta itu, si tikus mencarinya dan akhirnya dia temukan bahwa sang harimau terjebak ke dalam jaring seorang pemburu. Melihat hal itu, maka si tikus segera mendekati sang harimau dan mengatakan, “Saya akan buktikan, bahwa saya bisa berguna dan bisa membantumu keluar dari masalah ini.” Maka dia pun segera menggigit tali jaring itu sedikit demi sedikit dan akhirnya terputuslah tali-tali jaring itu, sehingga harimau itu pun bisa keluar dari jaring dengan leluasa. Melihat kejadian ini, sang harimau berkata, “Saya tidak pernah menduga bahwa hewan kecil dan lemah seperti kamu dapat melakukan apa yang tidak dapat saya lakukan”. Kemudian si tikus menjawab, “Janganlah kamu menghina hewan yang lebih lemah daripada kamu, karena segala sesuatu itu memiliki kelebihan masing-masing”.

Atas kejadian di atas, akhirnya Sang harimau yang gagah perkasa itu, bisa menjadi teman baik si tikus yang kecil dan lemah.

Kisah di atas sepertinya sebuah dongeng anak kecil yang biasa didongengkan kepada mereka ketika menjelang tidur, tetapi jika kita mau mengambil hikmah darinya, sebenarnya banyak hikmah yang bisa kita petik darinya.

Dalam kehidupan nyata ini, banyak orang yang merasa bangga kepada dirinya sendiri, baik karena harta, tahta maupun fisiknya. Seakan-akan dengan kekayaan yang dimilikinya, dia bisa berlaku semena-mena kepada orang lain. Banyak kasus orang kaya menyiksa pembantunya, menelantarkan para pekerjanya, menistakan bawahannya dan sebagainya, karena mereka menganggap bahwa orang-orang itu tidak berguna di matanya. Padahal seandainya si kaya itu sadar, sesungguhnya dia disebut kaya karena adanya orang miskin dan dia bisa hidup enak karena adanya para pekerja yang membantunya. Seandainya semua orang kaya dan tidak ada orang yang mau bekerja kepadanya, apa yang dia akan lakukan? Tentu dia menjadi orang biasa-biasa saja. Jika tidak ada orang yang mau bekerja kepadanya, tentu dia akan menjadi orang susah karena harus mengerjakan segala sesuatunya sendirian.

Tidak hanya kekayaan, kepintaran kadang juga bisa menjadikan orang lupa diri. Banyak orang pintar yang menjadi sombong karena kepintarannya, sehingga menjadi lupa diri dan menganggap rendah orang-orang yang berada di bawahnya.

Ada sebuah pelajaran bijak yang ditularkan oleh para ulama dulu secara turun-temurun kepada kita, “Janganlah kamu menjadi seperti asap yang membumbung, seakan-akan dia kelihatan tinggi padahal sebenarnya dia rendah, tetapi menjadilah seperti bintang di langit, yang kelihatan rendah tatkala dilihat dari permukaan air, padahal sebenarnya dia sangat tinggi dan besar.” Wallahu a’lam bishawab.
( JADI ORANG JANGAN MENGAGAP DIRI NYA BAIK DALAM SEGALA HAL, PASTI SETIAP ORANG MEMILIKI KEKURANGAN DAN KELEBIHAN )
Read More >>
 
© WELCOME
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top